BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Monday, September 7, 2015

MEMILIH TEMAN

KUALITAS ANDA DITENTUKAN DENGAN SIAPA ANDA DUDUK ATAU BERTEMAN

Siapa saja yang sering duduk bersama 8 orang kelompok manusia, Allah akan memberinya 8 perkara:

1.من جلس مع الأغنياء زاده الله حب الدنيا والرغبة فيها.

1. Barangsiapa yang duduk bersama orang-orang kaya, lalu ia terlalu larut dan terbawa nafsu dg kekayaan itu, Allah akan menambahkan cinta kepada dunia & semangat untuk mendapatkan dunia.

2. ومن جلس مع الفقراء زاده الله الشكر والرضا بقسمة الله تعالى

2. Barangsiapa yang duduk bersama orang-orang miskin, Allah akan menambahkan perasaan syukur & redha atas pemberian Allah.

3. ومن جلس مع السلطان زاده الله الكبر وقساوة القلب

3. Barangsiapa yang duduk dengan para pemimpin/raja  dan ia terlalu manut dg pemimpin/raja  itu walapun melakukan kesalahan, maka Allah akan menambahkan perasaan sombong & kerasnya hati.

4. ومن جلس مع النساء زاده الله الجهل والشهوه

4. Barangsiapa yang duduk dengan perempuan yg bukan muhrimnya/mahromnya, Allah akan menambahkan kebodohan & syahwat.

5. ومن جلس مع الصبيان زاده الله اللهو والمزاح

5. Barangsiapa yang duduk dengan anak-anak kecil dan terlalu terbawa dg suasana mereka, Allah akan menambahkan lalai & gurau senda.

6.ومن جلس مع الفساق زاده الله الجرأة على الذنوب والمعاصي والإقدام عليها،والتسويف في التوبة

6. Barangsiapa yang duduk dengan orang-orang fasik, Allah akan menambahkan berani berbuat dosa & kemaksiatan serta mendorongkan diri untuk berbuat maksiat kemudian menunda-nunda akan taubat.

7.ومن جلس مع الصالحين زاده الله الرغبة في الطاعات

7. Barangsiapa yang duduk dengan orang-orang soleh, Allah akan menambahkan perasaan cinta kepada amalan-amalan ketaatan.

8. ومن جلس مع العلماء زاده العلم والورع

8. Barangsiapa yang duduk dengan para ulama', Allah akan menambahkan ilmu & perasaan tidak cintakan dunia.
( Hujjatul Islam wabarakatul anam AlGhazali dalam tanbiihul Ghaafiliin)

Tausyiah untuk orangtua dan guru



TAUSYIAH PRIBADI 
(Utk Orangtua & Guru)

“30 TAHUN MENDATANG ANAK KITA” 

Oleh: M. Fauzil Adhim

Jangan remehkan dakwah kpd anak-anak! Jika tlah terikat hatinya dgn Islam, mereka akan mudah bersungguh-sungguh menetapi agama ini setelah dewasa. Jika engkau gembleng mereka u siap menghadapi kesulitan, maka kelak mereka tak mudah ambruk hanya karena langkah mereka terhalang oleh kendala2 yang menghadang. Tetapi jika engkau salah membekali, mereka akan menjadi beban bagi ummat ini di masa yang akan datang. Cemerlangnya otak sama sekali tidak memberi keuntungan jika hati telah beku dan kesediaan untuk berpayah-payah telah runtuh.

Maka, ketika engkau mengurusi anak-anak di sekolah, ingatlah sejenak. Tugas utamamu bukan sekedar mengajari mereka berhitung. Bukan! Engkau sedang berdakwah. Sedang mempersiapkan generasi yang akan mengurusi umat ini 30 tahun mendatang. Dan ini pekerjaan sangat serius. Pekerjaan yang memerlukan kesungguhan berusaha, niat yang lurus, tekad yang kuat serta kesediaan untuk belajar tanpa henti.

Karenanya, jangan pernah main-main dalam urusan ini. Apa pun yang engkau lakukan terhadap mereka di kelas, ingatlah akibatnya bagi dakwah ini 30 40 tahun yang akan datang. Jika mereka engkau ajari curang dalam mengerjakan soal saja, sesungguhnya urusannya bukan hanya soal bagaimana agar mereka lulus ujian. Bukan. Yang terjadi justru sebaliknya, masa depan umat sedang engkau pertaruhkan!!! Tidakkah engkau ingat bahwa induk segala dusta adalah ringannya lisan untuk berdusta dan tiadanya beban pada jiwa untuk melakukan kebohongan.

Maka, ketika mutu pendidikan anak-anak kita sangat menyedihkan, urusannya bukan sekedar masa depan sekolahmu. Bukan. Sekolah ambruk bukan berita paling menyedihkan, meskipun ini sama sekali tidak kita inginkan. Yang amat perlu kita khawatiri justru lemahnya generasi yang bertanggung-jawab menegakkan dien ini 30 tahun mendatang. Apa yang akan terjadi pada umat ini jika anak-anak kita tak memiliki kecakapan berpikir, kesungguhan berjuang dan ketulusan dalam beramal?

Maka..., ketika engkau bersibuk dengan cara instant agar mereka tampak mengesankan, sungguh urusannya bukan untuk tepuk tangan saat ini. Bukan pula demi piala-piala yang tersusun rapi. Urusannya adalah tentang rapuhnya generasi muslim yang harus mengurusi umat ini di zaman yang bukan zamanmu. Kitalah yang bertanggung-jawab terhadap kuat atau lemahnya mereka di zaman yang boleh jadi kita semua sudah tiada.

Hari ini, ketika di banyak tempat, kemampuan guru-guru kita sangat menyedihkan, sungguh yang paling mengkhawatirkan adalah masa depan umat ini. Maka, keharusan untuk belajar bagimu, wahai Para Guru, bukan semata urusan akreditasi. Apalagi sekedar untuk lolos sertifikasi. Yang harus engkau ingat adalah: “Ini urusan umat. Urusan dakwah.” Jika orang-orang yang sudah setengah baya atau bahkan telah tua, sulit sekali menerima kebenaran, sesungguhnya ini bermula dari lemahnya dakwah terhadap mereka ketika masih belia; ketika masih kanak-kanak. Mereka mungkin cerdas, tapi adab dan iman tak terbangun. Maka, kecerdasan itu bukan menjadi kebaikan, justru menjadi penyulit bagi mereka untuk menegakkan dien.

Wahai Para Guru, belajarlah dengan sungguh-sungguh bagaimana mendidik siswamu. Engkau belajar bukan untuk memenuhi standar dinas pendidikan. Engkau belajar dengan sangat serius sebagai ibadah agar memiliki kepatutan menjadi pendidik bagi anak-anak kaum muslimin. Takutlah engkau kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Sungguh, jika engkau menerima amanah sebagai guru, sedangkan engkau tak memiliki kepatutan, maka engkau sedang membuat kerusakan.

Sungguh, jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, tunggulah saatnya (kehancuran) tiba.

Ingatlah hadis Nabi shallaLlahu ‘alaihi wa sallamsebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

إِذَا ضُيِّعَتِ اْلأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا أُسْنِدَ اْلأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ.

“Jika amanah telah disia-siakan, maka tunggulah hari Kiamat,” Dia (Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah menyia-nyiakan amanah itu?” Beliau menjawab, “Jika satu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah hari Kiamat!” (HR. Bukhari).

Maka, keharusan untuk belajar dengan sungguh-sungguh, terus-menerus dan serius bukanlah dalam rangka memenuhi persyaratan formal semata-mata. Jauh lebih penting dari itu adalah agar engkau memiliki kepatutan menurut dien ini sebagai seorang guru. Sungguh, kelak engkau akan ditanya atas amanah yang engkau emban saat ini.

Wahai Para Guru, singkirkanlah tepuk tangan yang bergemuruh. Hadapkan wajahmu pada tugas amat besar untuk menyiapkan generasi ini agar mampu memikul amanah yang Allah Ta'ala berikan kepada mereka. Sungguh, kelak engkau akan ditanya di Yaumil-Qiyamah atas urusanmu.

Jika kelak tiba masanya sekolah tempatmu mengajar dielu-elukan orang sehingga mereka datang berbondong-bondong membawa anaknya agar engkau semaikan iman di dada mereka, inilah saatnya engkau perbanyak istighfar. Bukan sibuk menebar kabar tentang betapa besar nama sekolahmu. Inilah saatnya engkau sucikan nama Allah Ta’ala seraya senantiasa berbenah menata niat dan menelisik kesalahan diri kalau-kalau ada yang menyimpang dari tuntunan-Nya. Semakin namamu ditinggikan, semakin perlu engkau perbanyak memohon ampunan Allah ‘Azza wa Jalla.

Wahai Para Guru, sesungguhnya jika sekolahmu terpuruk, yang paling perlu engkau tangisi bukanlah berkurangnya jumlah siswa yang mungkin akan terjadi. Ada yang lebih perlu engkau tangisi dengan kesedihan yang sangat mendalam. Tentang masa depan ummat ini; tentang kelangsungan dakwah ini, di masa ketika kita mungkin telah tua renta atau bahkan sudah terkubur dalam tanah.

Ajarilah anak didikmu untuk mengenali kebenaran sebelum mengajarkan kepada mereka berbagai pengetahuan. Asahlah kepekaan mereka terhadap kebenaran dan cepat mengenali kebatilan. Tumbuhkan pada diri mereka keyakinan bahwa Al-Qur’an pasti benar, tak ada keraguan di dalamnya. Tanamkan adab dalam diri mereka. Tumbuhkan pula dalam diri mereka keyakinan dan kecintaan terhadap As-Sunnah Ash-Shahihah. Bukan menyibukkan mereka dengan kebanggaan atas dunia yang ada dalam genggaman mereka.

Ingatlah do’a yang kita panjatkan:

"اللهُمَّ أَرِنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا التِبَاعَةَ وَأَرِنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ"

“Ya Allah, tunjukilah kami bahwa yang benar itu benar dan berilah kami rezeki kemampuan untuk mengikutinya. Dan tunjukilah kami bahwa yang batil itu batil, serta limpahilah kami rezeki untuk mampu menjauhinya.”

Inilah do’a yang sekaligus mengajarkan kepada kita agar tidak tertipu oleh persepsi kita. Sesungguhnya kebenaran tidak berubah menjadi kebatilan hanya karena kita mempersepsikan sebagai perkara yang keliru. Demikian pula kebatilan, tak berubah hakekatnya menjadi kebaikan dan kebenaran karena kita memilih untuk melihat segi positifnya. Maka, kepada Allah Ta’ala kita senantiasa memohon perlindungan dari tertipu oleh persepsi sendiri.

Pelajarilah dengan sungguh-sungguh apa yang benar; apa yang haq, lebih dulu dan lebih sungguh-sungguh daripada tentang apa yang efektif. Dahulukanlah mempelajari apa yang tepat daripada apa yang memikat. Prioritaskan mempelajari apa yang benar daripada apa yang penuh gebyar. Utamakan mempelajari hal yang benar dalam mendidik daripada sekedar yang membuat sekolahmu tampak besar bertabur gelar. Sungguh, jika engkau mendahulukan apa yang engkau anggap mudah menjadikan anak hebat sebelum memahami betul apa yang benar, sangat mudah bagimu tergelincir tanpa engkau menyadari. Anak tampaknya berbinar-binar sangat mengikuti pelajaran, tetapi mereka hanya tertarik kepada caramu mengajar, tapi mereka tak tertarik belajar, tak tertarik pula menetapi kebenaran.

Jangan sepelekan dakwah terhadap anak! Kesalahan mendidik terhadap anak kecil, tak mudah kelihatan. Tetapi kita akan menuai akibatnya ketika mereka dewasa. Betapa banyak yang keliru menilai. Masa kanak-kanak kita biarkan direnggut TV dan tontonan karena menganggap mendidik anak yang lebih besar

Semoga Bermanfaat
😊❤👍

Pahala istri yang mengurus keluarganya

ISTERIKU BEHENTILAH MENGELUH •••!!! 

●Kisah ini menceritakan sepasang suami isteri yang memiliki enam orang anak. 

●Suatu hari, suaminya melihat sang isteri sedang menangis sambil memasak makanan.

●Melihat hal itu, suami bertanya, 
“Wahai Isteriku, apa yang terjadi denganmu •? 
Apa yang membuatmu menangis •?”

●“Aku menangis karena merasa sangat lelah dalam mengurus keluarga dan melakukan semua pekerjaan rumah,” sahutnya. 

●“Aku mengurus enam anak kita dengan berbagai tabiat mereka. 

●Aku harus menyediakan makanan, membereskan rumah, mencuci baju yang sangat banyak. 

●Aku bekerja 24 jam sehari. Rasanya, aku tidak sanggup lagi untuk melakukan semua ini.”
Sang suami bertanya. 

●“Apa yang harus aku lakukan •?” 

●“Tolong carikan aku asisten perempuan yang dapat membantuku mengurus semuanya.

●“Tentu saja, aku akan mencarikannya. Tapi, tolong dengarkan aku sebentar saja,

●” kata sang suami sambil membelai isterinya dengan penuh kasih sayang.

●“Allah senantiasa membantu hamba-Nya yang tidak pernah berputus asa dan ikhlas dalam mengerjakan apa pun yang mengandung kebaikan. 

●Kau adalah seorang isteri yang sangat sabar dalam menjaga keluargamu, seorang ibu yang menjadi teladan bagi keenam anakmu, dan menjadi pendampingku yang salihah dengan beratnya tugas-tugasmu. 

●Aku bisa saja mencarikan seorang asisten untuk meringankan pekerjaanmu. 

●Namun, jika kau tetap mengerjakan semua kebaikan itu untuk keluarga kita maka Allah akan menghapus semua salah dan dosamu.

●” Ujar suaminya.
Sang suami kemudian berkata lagi, 

●“Isteriku yang salihah, perempuan yang tidak pernah lelah menjaga keluarganya dan ikhlas dengan apa yang dilakukannya, Allah akan menetapkan setiap butiran keringatnya menjadi kebaikan yang dapat melebur keburukannya sekaligus mengangkat derajatnya.”

●Sang Suami membelai Isterinya yang masih terisak menahan malu, lalu diajaknya duduk santai di ruang dapur mungil yang sangat sederhana itu, lalu Sang Suami melanjutkan nasehatnya,

●“Coba ingat kembali Wasiat Rosulullah SAW kepada Fatimah puteri Beliau, yang dipersunting Ali Bin Abi Thalib yang sangat miskin, yang ketika itu juga sedang mengeluh kepada Ayahnya Rosulullah SAW karena tangannya yang dulunya halus kini berubah menjadi kasar dan lecet-lecet karena setiap hari harus menumbuk gandum sendiri, mengolah dan
 memasaknya. 

✅ Ada 10 WASIAT Beliau kepada Puterinya :

1⃣. Wahai Fatimah ! 

Sesungguhnya wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, kelak Allah akan tetapkan baginya kebaikan dari setiap biji gandum yang diadonnya, dan juga Allah akan melebur kejelekan serta meningkatkan derajatnya.

2⃣. Wahai Fatimah ! 

Sesungguhnya wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-anaknya, niscaya Allah akan menjadikan antara neraka dan dirinya tujuh tabir pemisah.

3⃣. Wahai Fatimah ! 

Sesungguhnya wanita yang meminyaki rambut anak-anaknya lalu menyisirnya dan kemudian mencuci pakaiannya, maka Allah akan tetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.

4⃣. Wahai Fatimah ! 

Sesungguhnya wanita yang membantu kebutuhan tetangga-tetangganya, maka Allah akan membantunya untuk dapat meminum Telaga Kautsar pada hari kiamat nanti.

5⃣. Wahai Fatimah ! 

Yang lebih utama dari seluruh keutamaan di atas adalah keridhaan suami terhadap isteri. 

Andaikata suamimu tidak ridha kepadamu,maka aku tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah Fatimah, Kemarahan suami adalah kemurkaan Allah.

6⃣. Wahai Fatimah !        
Disaat seorang wanita hamil, maka malaikat memohonkan ampunan baginya, dan Allah tetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan, serta melebur seribu kejelekan. 

Ketika seorang wanita merasa sakit akan melahirkan, maka Allah tetapkan pahala baginya sama dengan pahala para Pejuang Allah. 

Disaat seorang wanita melahirkan kandungannya, maka bersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia dilahirkan dari kandungan ibunya. 

Disaat seorang wanita meninggal karena melahirkan, maka dia tidak akan membawa dosa sedikit pun, didalam kubur akan mendapat taman yang indah yang merupakan bagian dari taman surga. 

Allah memberikan padanya pahala yang sama dengan pahala seribu orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.

7⃣. Wahai Fatimah ! 

Disaat seorang isteri melayani suaminya selama sehari semalam, dengan rasa senang dan ikhlas, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan pakaian padanya dihari kiamat berupa pakaian yang serba hijau, dan menetapkan baginya setiap rambut pada tubuhnya seribu kebaikan. 

Allahpun akan memberikan kepadanya pahala seratus kali ibadah haji dan umrah.

8⃣. Wahai Fatimah ! 

Disaat seorang isteri tersenyum dihadapan suaminya, maka Allah akan memandangnya dengan pandangan penuh kasih.

9⃣. Wahai Fatimah ! 

Disaat seorang isteri membentangkan alas tidur untuk suaminya dengan rasa senang hati, maka para malaikat yang memanggil dari langit menyeru wanita itu agar menyaksikan pahala amalnya, dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.

🔟. Wahai Fatimah ! 

Disaat seorang wanita meminyaki kepala suami dan menyisirnya, meminyaki jenggotnya dan memotong kumisnya serta kuku-kukunya, maka Allah akan memberi minuman yang dikemas indah kepadanya, yang didatangkan dari sungai-sungai surga. 

Allah pun akan mempermudah sakaratul maut baginya, serta menjadikan kuburnya bagian dari taman surga. Allah pun menetapkan baginya bebas dari siksa neraka serta dapat melintasi shirathal mustaqim dengan selamat.

Isterinya pun menangis karena merasa malu. 

Sejak itu, dia tak pernah lagi mengeluh.

Subhaanallah, wasiat ini merupakan mutiara termahal nilainya, khususnya bagi setiap isteri yang mendambakan kesalehan.

Betapa Agung dan Mulianya Posisi Wanita dalam rumah tangga ketika ia rela dan ik[disingkat oleh WhatsApp]