BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Saturday, August 22, 2009

MUNAJAT



ILAHI !


  • Sudah kudengar segala seruan yang disampaikan kepadaku, maka timbullah minat dalam hatiku hendak mengerjakan seruanMu, perintah untuk kebahagiaanku. Aku mengaku bahwa semuanya untuk kemaslahatan dan kesucianku. Tetapi kedha'ifanku dan kelemahanku selalu mendorongku ke jalan yang tidak Engkau suka


  • Tuhanku! Dosa yang aku kerjakan, amat kecil bila dibandingkan dengan besarnya ampunanMu. Kalau Tuhan hendak mencelakakanku, gelap jalan yang akan aku tempuh, dan tak seorangpun yang kuat kuasa mempertahankan aku. Kalau Tuhan hendak memberi aku malu, maka terbukalah rahasiaku, walaupun bagaimana aku memyembunyikan. Karena itu ya Tuhanku, sempurnakan awal hikmatMu sampai ke ujungnya, dan jangan Tuhan cabut apa yang telah diberikan.

  • Ya Tuhan yang telah memberi aku pakaian cinta, yang selamanya tiada luntur dan usang.

  • Tuhan yang menjaga aku di dalam perjalanan dan diam, berilah aku sedikit cahayapun jadilah, dari NurMu!

  • Dengan ingat akan Engkau, oh Tuhanku, aku berolah nikmat.Orang yang berjalan diluar garisMu, tersesat dan terpencil.

  • Aku yakin keluasan ilmuMu. Engkau tahu apa yang tersimpan di hatiku.

  • Ilahi! Amat banyak kesalahanku, aku sia-sia dan lalai; padahal anugrahMu meliputi diriku.

  • Aku sembunyikan dosa dari mata makhluk, padahal Engkau selalu melihat dan memperhatikannya. Dalam pada itu, Tuhan sedia pula mengampuni.

  • Demi kebesaranMu! Sejahat-jahat makhlukMu, tidak ada yang tak merasa jahat kejahatannya yang di kerjakannya. Tetapi dia lemah dan dungu sebab itu Engkau ampuni dia.
  • Aku ini dungu wahai Tuhan, ampuni aku !

Seorang teman bertanya : "Besok bukankah hari Raya? Mana pakaian yang telah engkau sediakan?" .

Aku jawab: "Pakaianku sangat indah, pemberian daripada kecintaanku. Dua helai baju, yakni kemiskinan dan kesabaran.Di dalamnya tersimpan hati yang telah di sepuh, yang memandang bahwa keramaian hari raya itu bercahaya, lantaran di sana terbentang nyata wajah kecintaanku, biarpunorang laintidak melihatnya.

Pakaian apakah yang lebih indah di pakai di hari raya, daripada pakaian pemberian kekasih, yang di pakai tersipu-sipu di hadapanNya?

Tak ada artinya hari raya itu bagiku, ayuhai Kekasih, kalau cahayaMu tak memberi kumandang di sana.Dia akan sepi, tak ada keramaian, tak ada hari raya, bila Engkau lepas dari ingatanku.

Patutkah aku disebut seorang yang setia, kalau ada wajah yang lain kulihat dalam keramaian, selain dari wajahMu jua?

Lantaran cintaku kepadaMu, aku sudi menerima keputusan apapun yang Engkau jatuhkan kepada diriku.

Kadang-kadang putus harapanku dari syurgaMu, lantaran aku tahu kebebalan diriku.

Tetapi gemetar segenap sendi tulangku, kalau aku ingat azab dari siksaMu. Sebab itu, wahai Kekasihku. Apakah akan Tuhan bakar muka yang senantiasa basah memujiMu? Apakah akan Tuhan siksa lidah yang senantiasa basah memujiMu? Apakah akan Tuhan patahkan hati yang senantiasa ingat akanMu?

Ilahi!

  • Sudah teramat jauh tersesat perjalananku. Sekarang aku pulang karena aku tahu, tiap-tiap aku bersalah, dengan nikmat jua Tuhan balasi.

Kata orang, enak sekali berkenalan dengan Raja dari segala Raja. Yang tiada menutup pintuNya pada setiap orang yang menghadap!

Hatiku telah bergembira, karena Engkaulah tujuan perjalanannya. Tuhan yang menanggung segala perbekalanku. Tuhanku! Maha Besar Engkau!

Kalau kulihat bergandanya nikmat, aku heran mengapa aku sesat jua.

  • Bagaimana aku berani mengharap redhaMu, padahal aku masih tetap aku.

  • Dan bagaimana aku takkan mengharap, padahal Engkau masih tetap Engkau.

Ilahi!

  • Kalau kedurhakaanku terbit lantaran kejahilanku, maka urusanku sekarang timbul dari keinsafan, yaitu bahwa aku ada bertuhan yang tetap pertalianNya dengan hambaNya, dengan tali kasih sayang dan cinta.

  • Lantaran aku cinta akan Engkau, Tuhan! Kumohon ampunanMu! Lantaran Tuhan cinta akan daku. Tuhan ampuni dosaku!

Ilahi!

  • Tuhan telah tahu kesalahanku sebelum aku meminta ampun. Satu di antara AsmaMu, yaitu Ilahi Maha Pengampun. Kelalaianku dan kemudian kesadaranku akan kesalahan, akan menggenapkan kebesaran asmaMu itu.

Tuhan telah arif akan kebebalanku sebelum aku melangkah!

  • Ampunilah aku, ma'afkan kesalahanku, gantilah kiranya dengan kebaikan, dengan hasanat. Beri aku permata perhiasan, yakni ingat akan Engkau. Beri aku ataufik dan hidayah. Tunjukilah jalan keselamatan bagiku, serta ayah bunda dan anak turunku, dan seluruh Muslimin. Bahkan bagi seluruh manusia!

Berilah semuanya bahagia yang kekal, dunia dan akhirat!

Shalawat dan salam atas Nabi Muhammad s.a.w., Nabi yang menyeru manusia supaya berlindung kepada agama yang membawa bahagia. Ya Tuhanku. Engkaulah bahagia, dan dari Engkaulah segenap bahagia, maka hidupkanlah kami dengan bahagia. Amat Suci dan Amat Tinggi Engkau ya Tuhan, yang mempunyai segenap kemuliaan dan keagungan.

Amiiin.

Allohumma sholli wa sallim 'alaa sayyidina wa maulana Muhammadin, wa 'ala aalihi wa shhohbihi, Aamiin.

( dari buku TASAUF MODEREN karangan HAMKA )

Sunday, August 9, 2009

MARHABAN YA... ROMADHON

MENYAMBUT BULAN SUCI ROMADHON BERSAMA ANAK-ANAKKU

"Telah datang padamu bulan Ramadhan, penghulu segala bulan. Maka sambutlah kedatangannya. Telah datang bulan shiyam membawa segala keberkahan, maka alangkah mulianya tamu yang datang itu."( HR. Ath Thabrani )

Kita insya Allah sebentar lagi akan menghirup udara di bulan Romadhon. Bulan penuh rahmat, berkah dan ampunanNya. Di mana kita insya Alloh akan kembali merasakan indahnya hari2 bahagia penuh penghambaan, kebersamaan, kedekatan, ketundukan, kekhusyu'an pada Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahim....Semoga..

Setiap kebaikan yang datang memang selayaknya disambut dan diiringi dengan persiapan-persiapan. Agar berkesan lebih lama, dan terpetilah semua manfa'at.

Teringat akan indahnya juga makna Bulan Ramadhan, teringat juga akan tanggung jawab kita terhadap anak-anak untuk sekedar memperkenalkan ( karena anak kami terbesar belum juga genap 6 th )Ramadhan pada anak-anak. Agar ada kesan indah pada mereka tentag Ramadhan. Jauh hari telah saya persiapkan huruf-huruf untuk dekorasi acara penyambutan Ramadhan. Karena penginnya anak-anak di perkenalkan tentang apa itu Ramadhan bersama dengan teman-temannya yang tergabung dalam TPA di lingkungan kami, Jahra Kuwait.

Saya minta suami mendownload lagu dengan tema Ramadhan dari youtube.Dan Alhamdulillah anak-anakku suka... begini lagunya:

Bulan Ramadhan, bulan mulia....

Yang penuh berkah, yang penuh rahmat, banyak pahala

Kepada hamba yang menginginkan...

Siang harinya kita puasa,Menahan lapar juga dahaga,

Malam harinya Sholat tarawih,membaca Qur'an tak di lupakan..dst...

Itulah sebagian bait dari lagu yang anak-anak sudah hafal termasuk anak saya yang terkecil Muthi'ah ( 2,5 th )

Tapi rencana saya lain pembina TPA beserta wali murid lain menginginkan pertemuan terakhir menjelang Ramadhan bukan acara in door tapi outdoor alias Rihlah.Dan Zoo ( Kebun Binatang ) menjadi pilihan.

Akhirnya saya berfikir, sayang kalau semangat anak-anak saya yang membantu membuat huruf-huruf untuk dekorasi jadi padam gara-gara dekorasi gak jadi di pasang. Dekorasi Ramadhan tetap saya bikin.Bersama mereka sambil belajar huruf2 kami tempel. Betapa bersemangat mereka.Dan dekorasi sederhana untuk menambah semangat mereka menyambut Ramdhan.





Dan merekapun menyanyikan lagu dengan tema Ramadhan, yang telah di download oleh abinya.

Sedikit pengertian tentang makna Ramadhan saya berikan dalam bentuk cerita, sehingga dengan begitu pertanyaan mereka lontarkan. Secara simple seperti bagaimana kalo kita puasa terus lapar. Alia mulai jelaskan, "Aku tahu ummi, puasa itu berarti gak boleh makan & minum. Gak boleh bertengkar sama saudara & teman, ngajinya harus banyak 2 halaman".Cukup lah menurutku sementara, pengetahuan ringan tentang puasa.

Alhamdulillah ya Robb,atas nikmat Mu jua kami merasakan bahagianya hidup ini. Atas karuniaMu jua Engkau cukupkan rezeki pada keluarga kami. Anak-anak kami adalah amanahMu ya Alloh, berikan kemampuan pada kami untuk membimbingNya, agar menjadi hambaMu yang sholihah.

"Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban ini, dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan.Berikanlah kami kemampuan untuk meraih semua peluang keberkahan di bulan Ramadhan ini, insya Alloh.... Amiin, ya Rabb.

Wednesday, August 5, 2009

KESABARAN YANG TERUJI ( SITI HAJAR )

Sebelum Siti Hajar menikah dengan nabi Ibrahim,ia adalah khadimat pada keluarga Ibrahim & Siti Sarah.Melihat Siti Hajar memiliki perilaku dan budi pekerti yang luhur, Siti Sarah yang belum juga memiliki seorang anak, merelakan suaminya menikahi Siti Hajar. Pasca pernikahan ini, setelah menunggu berpuluh tahun, keinginan keluarga nabi Ibrahim untuk memiliki generasi penerus dikabulkan Alloh swt, dengan kelahiran Ismail dari rahim Siti Hajar. Tetapi, baru saja beberapa sa'at berbahagia sebagai ayah, datang perintah Alloh swt, pada Ibrahim untuk membawa Hajar & Ismail pergi meninggalkan Palestina.

Di bawah sinar matahari yang sangat terik, sampailah keluarga kecil itu di sebuah lembah yang tandus. Dengan menguatkan hati, nabi Ibrahim menurunkan istri & anaknya dari kendaraan dan berjalan meninggalkan mereka.Melihat suami tercinta pergi tanpa mengajaknya, Siti Hajar bergegas menyusul.

"Wahai suamiku, akan kemana engkau pergi ? Mengapa tak mengajak kami serta ? rajuknya.

Nabi Ibrahim tak membuka suara dan tetap meneruskan langkahnya.

"Apa dosa kami? Tegakah kau tinggalkan kami di tempat yang gersang tak berpenghuni ini? "suara Siti Hajar semakin menghiba.

Meski tak tega, Nabi Ibrahim menetapkan langkahnya. Melihat Siti Hajar terus mengejarnya, Nabi Ibrahim berhenti dan menjawab, "Sesungguhnya semua yang kulakukan adalah perintah Alloh".

Mendengar perkataan suami tercinta,Siti Hajar terdiam.
"Kalau begitu, pastilah Allah tidak akan menyia-nyiakan kami,"jawab Siti Hajar mantap.Sebelum Nabi Ibrahim pergi, Siti Hajar memohon kepadanya untuk berdo'a demi keselamatan dirinya dan Ismail.Maka berdo'alah Nabi Ibrahim :
"Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau, ya Rabb kami, teguhkanlah hati mereka dengan mendirikan shalat, jadikanlah hati manusia cenderung kepada mereka, dan berilah mereka rizki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur."

Tetapi ujian dari Allah belumlah usai. Setelah bekal makanan dan minuman habis sedangkan air susunyapun kering, tangis keras si kecil Ismail yang kehausan dan kelaparan membuat Siti Hajar kebingungan. Ia berusaha keras mencari sumber air ke sana ke mari untuk menghilangkan dahaga buah hatinya. Fatamorgana padang pasir membuatnya bolak-balik antara Shofa dan Marwa sebanyak tujuh kali, tetapi air tak ditemuinya.



Hatinya mulai kecut, terlebih mendengar tangis Ismail yang semakin menjadi. Ketika hatinya sudah pasrah pada ketentuan Alloh, sekonyong-konyong memancarlah air dari sela-sela jemari kaki anaknya. Siti Hajr segera berlari menuju Ismail. Akhirnya Siti Hajar dan Ismail bisa menghilangkan dahaga dan mampu bertahan hidup. Dan lama kelamaan daerah itu menjadi ramai di kunjungi berbagai suku dan berkembang menjadi kota Makah.
Sejarah juga mencatat kesabaran Siti Hajar ketika harus merelakan Ismail menjadi korban dengan cara di sembelih ayahnya sendiri. Meski sempat tak rela, keimananya yang tinggi pada Allah semakin terlihat ketika ia yakin bahwa hal itu adalah ketentuan yang terbaik dariNya. Kesabarannya pun berbuah kebaikan, wahyu Allah yang turun berikutnya memerintahkan untuk mengganti Ismail dengan domba. Maka selamatlah Ismail dari kematian, dan keluarga yang ta'at dan penuh kesabaran itupun hidup bahagia sampai akhir hayatnya. Bahkan garis keturunan Ismail, bermunculanlah generasi2 terbaik umat manusia.
( Dari majalah Ummi : edisi 7/xv/2003 )
Di tulis untuk :
Ummahat liqo'at akhwat Jahra yang berpisah sementara dengan suami.Semoga Siti Hajar menjadi keteadanan selama berpisah sementara.Keimanan, ketabahan, serta kesabaran dan keyakinan atas jaminan rizkiNya menyemangati kita.















Saturday, July 25, 2009

Sunnatullah Dalam Hal Giliran Kepemimpinan

Sunnatullah atau Hukum Allah yang berlaku dalam kehidupan di dunia mengambil bentuk yang beraneka-ragam. Di antaranya adalah seperti benda yang dilempar ke atas mestilah jatuh ke bawah, atau manusia yang haus dan lapar berarti perlu minum dan makan untuk menghilangkannya, atau seseorang yang dibacok tangannya niscaya menjadi terluka dan berdarah, atau Allah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan: ada siang ada malam, ada panas ada dingin, ada sehat ada sakit, ada senang ada susah, ada lapang ada sempit, ada kaya ada miskin, ada menang ada kalah, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Lalu ada pula sunnatullah yang berlaku dalam kaitan dengan sekumpulan manusia alias suatu kaum atau suatu umat. Seperti misalnya Allah tidak akan membinasakan suatu kaum sebelum dikirm terlebih dahulu seorang Nabi atau Rasul dariNya yang bertugas memberikan teguran dan peringatan kepada kaum tersebut. Atau contoh lainnya ialah Allah tidak akan membiarkan adanya suatu kaum yang berlaku sewenang-wenang terhadap kaum-kaum lainnya kecuali Allah akan hadirkan sekelompok manusia lainnya yang bertugas menjadi penyeimbang atas kelompok yang berlaku zalim tersebut. Ini dikenal dalam istilah Islam sebagai Sunnatu At-Tadaafu’ (Sunnatullah dalam hal Konflik Antar-Umat).

Kali ini kita akan coba mencermati satu lagi sunatullah yang bernama Sunnatu At-Tadaawul (Sunnatullah dalam hal Pergantian Giliran Kepemimpinan). Hal ini kita temukan dalam sebuah ayat yang berbunyi sebagai berikut:

وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ
”Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia...” (QS Ali Imran ayat 140)
”And so are the days (good and not so good) We give to men by turns.” (Terjemahan bahasa Inggris QS Ali Imran ayat 140)

Ayat ini jika kita baca dengan lengkap ialah:

إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ
وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا
وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

”Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS Ali Imran ayat 140)

Agar ummat Islam benar-benar memahami dan menghayati Sunnatu At-Tadaawul, maka melalui ayat ini Allah mengkaitkannya dengan kejadian perang Uhud yang baru saja dialami kaum muslimin. Perang Uhud merupakan perang kedua setelah perang Badar. Di dalam perang Badar para sahabat meraih kemenangan padahal mereka hanya berjumlah 313 personel melawan kaum kafir musyrik Quraisy yang berjumlah 1000 personel. Sedangkan dalam perang berikutnya, yaitu perang Uhud kaum muslimin pada tahap awal perang sesungguhnya meraih kemenangan. Namun begitu pasukan pemanah meninggalkan pos pertahanan di bukit Uhud, maka segera situasinya berbalik. Allah malah akhirnya mengizinkan kemenangan berada di fihak kaum kafir musyrik Quraisy sedangkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat harus menderita kekalahan.

Sehingga Allah berfirman: ”Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka (penderitaan kekalahan), maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka (penderitaan kekalahan) yang serupa.”

Mengapa Allah perlu membiarkan kaum muslimin menderita kekalahan? Mengapa sebaliknya Allah mengizinkan kaum kuffar musyrik Quraisy mengalami kemenangan? Allah sendiri menjelaskannya:

Pertama, karena Allah ingin menggilir kemenangan dan kekalahan di antara manusia. Kejayaan dan kehancuran ingin digilir di antara manusia. Itulah tabiat dunia. Di dunia yang fana ini tidak ada perkara yang bersifat langgeng dan abadi. Tidak ada fihak yang terus-menerus menang atau terus-menerus kalah. Semua akan mengalami giliran yang silih berganti. Tanpa kecuali, orang-orang berimanpun mengalami keadaan yang silih berganti di dunia. Bukan karena beriman lalu seseorang atau sekelompok orang harus menang terus. Tanpa pernah mengalami kekalahan bagaimana seseorang atau sekelompok orang akan menghargai dan mensyukuri kemenangan?
Kedua, karena Allah hendak memisahkan dan membedakan orang beriman dengan orang kafir. Dengan adakalanya mengalami kemenangan dan kekalahan, maka akan terlihat siapa orang yang pandai bersyukur saat menang dan siapa yang pandai bersabar kala mengalami kekalahan. Sebaliknya akan terlihat pula siapa orang yang lupa diri kala menang dan siapa yang berputus-asa ketika kalah.

Ketiga, karena melalui pengalaman silih bergantinya kemenangan dan kekalahan Allah hendak memberi peluang orang-orang beriman untuk meraih bentuk kematian yang paling mulia, yaitu mati syahid. Allah berkehendak mencabut nyawa orang-orang beriman sebagai para syuhada yang ketika berpisah ruh dari jasadnya, maka ruh mulia tersebut akan langsung dijemput burung-burung surga.

Berdasarkan hal di atas, maka perjalanan sejarah ummat Islam bisa dilihat sebagai sebuah perjalanan panjang yang diwarnai oleh silih bergantinya pengalaman kemenangan dan kekalahan ummat ini atas kaum kafir. Silih bergantinya kejayaan dan kehancuran umat. Kadang ada masanya orang-orang beriman memimpin umat manusia, namun ada masanya orang-orang kafir yang memimpin umat manusia. Sudah barang tentu pada masa dimana orang beriman memimpin masyarakat, maka berbagai program dan aktifitas sepatutnya lebih bernuansa ”rasa syukur” akan nikmat kemenangan yang sedang dialami. Sebaliknya, ketika kaum kafir yang memimpin umat manusia, maka sudah sepantasnya orang-orang beriman mengisi perjalanan hidupnya dengan dominasi ”sikap sabar” atas kekalahan yang sedang dideritanya.

Lalu bagaimanakah keadaan realitas kita dewasa ini? Coba kita kembali perhatikan hadits panjang dari Nabi shollallahu ’alaih wa sallam yang membicarakan persoalan ”Ringkasan Sejarah Ummat Islam di Akhir Zaman.”

تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّا فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ
خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ (أحمد)
“Muncul babak Kenabian di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki, kemudian Allah mencabutnya ketika Allah menghendakinya. Kemudian muncul babak Kekhalifahan mengikuti manhaj (cara/metode/sistem) Kenabian selama masa yang Allah kehendaki, kemudian Allah mencabutnya ketika Allah menghendakinya. Kemudian muncul babak Raja-raja yang menggigit selama masa yang Allah kehendaki, kemudian Allah mencabutnya ketika Allah menghendakinya. Kemudian muncul babak Penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak selama masa yang Allah kehendaki, kemudian Allah mencabutnya ketika Allah menghendakinya. Kemudian muncul babak Kekhalifahan mengikuti manhaj (cara/metode/sistem) Kenabian. Kemudian Nabi shollallahu ’alaih wa sallam diam.” (HR Ahmad)

Jadi, berdasarkan hadits di atas, ”Ringkasan Sejarah Ummat Islam di Akhir Zaman” terdiri dari 5 babak atau periode:

Babak I => Kenabian النُّبُوَّةُ
Di babak ini ummat Islam mengalami perjuangan selama 13 tahun sewaktu di Mekkah sebelum hijrah ke Madinah di bawah kepemimpinan orang-orang kafir dan 10 tahun berjuang di Madinah sesudah hijrah dari Mekkah di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam yang memimpin masyarakat langsung di bawah bimbingan Allah melalui Kitabullah Al-Qur’an.

Jadi di babak pertama perjalanan sejarah ummat Islam terjadi dua kondisi yang sangat berbeda. Pada paruh pertama Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat mengalami keadaan dimana yang memimpin ialah kaum kafir musyrik. Sehingga generasi awal ummat ini mengalami kekalahan yang menuntut kesabaran luar biasa untuk bisa bertahan menghadapi kejahiliyahan yang berlaku.

Namun pada paruh kedua babak pertama ini, sesudah hijrah ke Madinah, kaum muslimin justru semakin hari semakin kokoh kedudukannya sehingga Allah taqdirkan mereka menikmati kejayaan di tengah masyarakat jazirah Arab. Sehingga kaum musyrik Arab pada masa itu akhirnya harus tunduk kepada kepemimpinan orang-orang beriman.

Babak II => Kekhalifahan mengikuti manhaj (cara/metode/sistem) Kenabian خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
Di babak ini ummat Islam menikmati 30 tahun kepemimpinan para Khulafa Ar-Rasyidin terdiri dari para sahabat utama yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhum ajma’iin. Sepanjang babak ini bisa dikatakan ummat Islam mengalami masa kejayaan, walaupun sejarah mencatat pada masa kepemimpinan khalifah Ustman dan Ali sudah mulai muncul gejala pergolakan sosial-politik di tengah masyarakat yang mereka pimpin. Namun secara umum bisa dikatakan bahwa orang-orang berimanlah yang memimpin masyarakat. Orang-orang kafir dan musyrikin tidak diberi kesempatan untuk berjaya sedikitpun. Hukum Allah tegak dan hukum jahiliyah buatan manusia tidak berlaku.

Babak III=> Raja-raja yang Menggigit مُلْكًا عَاضًّا
Di babak ini ummat Islam menikmati selama 13 abad kepemimpinan org2 beriman. Para pemimpin pada masa ini dijuluki khalifah. Sistem sosial dan politik yang berlaku disebut Khilafah Islamiyah berdasarkan hukum Al-Qur’an dan As-Sunnah An-Nabawiyyah. Namun mengapa Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menyebutnya sebagai babak para raja-raja? Karena bila seorang khalifah wafat maka yang menggantinya mesti anak keturunannya. Demikian seterusnya. Ini berlaku baik pada masa kepemimpinan Daulat Bani Umayyah, Daulat Bani Abbasiyah maupun Kesultanan Usmani Turki.

Walaupun demikian, ummat Islam masih bisa dikatakan mengalami masa kejayaan, karena para Khalifah di babak ketiga merupakan Raja-raja yang Menggigit, artinya masih ”menggigit” Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tentunya tidak sama baiknya dengan kepemimpinan para Khulafa Ar-Rasyididn sebelumnya yang masih ”menggenggam” Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ibarat mendaki bukit, tentulah lebih aman dan pasti bila talinya digenggam daripada digigit. Tapi secara umum di babak ketiga ini Hukum Allah tegak dan hukum jahiliyah buatan manusia tidak berlaku.

Babak IV=> Raja-raja yang Memaksakan kehendak (diktator) مُلْكًا جَبْرِيَّا
Sesudah berlalunya babak ketiga di tahun 1924, mulailah ummat Islam menjalani babak dimana yang memimpin adalah Penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak. Inilah babak dimana kita hidup dewasa ini. Kita saksikan bahwa para penguasa di era modern memimpin dengan memaksakan kehendak mereka sambil mengesampingkan dan mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya. Entah disebut republik maupun kerajaan, suatu hal yang pasti ialah semuanya berkuasa tidak dengan mengembalikan urusan kehidupan sosial bermasyarakat dan bernegara kepada hukum Al-Qur’an dan As-Sunnah An-Nabawiyyah. Manusia dipaksa tunduk kepada sesama manusia dengan memberlakukan hukum buatan manusia yang penuh keterbatasan dan vested interest seraya mengabaikan hukum Allah Yang Maha Adil. Hukum jahiliyah buatan manusia diberlakukan dan tegak dimana-mana sedangkan hukum Allah dikesampingkan sehingga tidak berlaku.


Maka kita bisa simpulkan bahwa babak keempat merupakan babak kemenangan bagi kaum kafir dan kekalahan bagi orang-orang beriman. Inilah babak yang paling mirip dengan babak pertama paruh pertama di mana Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat berjuang di Mekkah sementara kekuasaan jahiliyah kaum kafir musyrik mendominasi di tengah masyarakat. Ummat Islam sudah menjalani babak keempat ini selama 85 tahun sejak runtuhnya Khilafah Islamiyyah terakhir. Ini merupakan era paling kelam dalam sejarah Islam di Akhir zaman. Laa haula wa laa quwwata illa billah.

Babak V => Kekhalifahan mengikuti manhaj (cara/metode/sistem) Kenabian خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
Betapapun dewasa ini ummat Islam sedang mengalami kekalahan dan kaum kafir mengalami kejayaan, namun kita wajib optimis dan tidak berputus-asa. Karena dalam hadits ini Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengisyaratkan bahwa sesudah babak kekalahan ummat Islam akan datang babak kejayaan kembali yaitu babak kelima dimana bakal tegak kembali kepemimpinan org2 beriman dalam bentuk Kekhalifahan mengikuti manhaj (cara/metode/sistem) Kenabian.

Saudaraku, pastikan diri kita termasuk ke dalam barisan ummat Islam yang sibuk mengupayakan tegaknya babak kelima tersebut. Jangan hendaknya kita malah terlibat dalam berbagai program dan aktifitas yang justeru melestarikan babak keempat alias babak kepemimpinan kaum kuffar di era modern ini. Yakinlah bahwa ada Sunnatu At-Tadaawul (Sunnatullah dalam hal Pergantian Giliran Kepemimpinan). Bila kepemimpinan kaum kuffar dewasa ini terasa begitu hegemonik dan menyakitkan, ingatlah selalu bahwa di dunia ini tidak ada perkara yang lestari dan abadi. Semua bakal silih berganti. It’s only a matter of time, brother.

رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
"Ya Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir". (QS Al-Baqarah ayat 250)
Sumber.kajian akhir jaman ust.Ikhsan Tanjung

Sunday, March 29, 2009

Untuk kita renungkan........

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Alloh dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok ( akhirat ) dan bertaqwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakn ( Al-Hasyr : 18 )